LAPORAN
BUKU PERANCANGAN SISTEM CAKAR AYAM MODIFIKASI UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA
DIAJUKAN
UNTUK MENAMBAH NILAI MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI SEMESTER I
![]() |
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
NAMA ANGGOTA : MARHEDI CHANIAGO
HANDRI
WILDAN FAUZI
MUHAMMAD
FAKIH MUBAROK
MEGA
DWI UTAMI
GHITA
FARIDAH
KELAS : 1 D
FAKULTAS : TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNGJATI CIREBON
JL. Pemuda No.
32 Telp. 0231-206558 Cirebon
|
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya laporan buku Perancangan Sistem Cakar Ayam
Modifikasi untuk Perkerasan Jalan telah kami selesaikan dengan baiksesuai
dengan yang diharapkan. Selesainya laporan buku ini atas kerjasama yang baik
dari semua anggota kelompok.
Penyusunan laporan buku ini
dilakukan untuk menambah nilai matakuliah Teknik Penulisan dan Presentasi serta
sebagai tanda bukti apresiasi kami dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang baik dalam matakuliah Teknik Penulisan dan Presentasi.
Dalam penyusunan laporan buku ini,
tidak lepas dari kerja sama yang sangat baik semua anggota kelompok, sehingga
laporan buku ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Untuk
itu kami sebagai anggota kelompok yang terdiri dari lima anggota yaitu:
1.
Marhedi Chaniago
2.
Handri Wildan Fauzi
3.
Fakih Mubarok Amin
4.
Mega Dwi Uthami , dan
5.
Ghita Faridah
Sangat
berharap, laporan buku ini bisa beguna dan bermanfaat untuk para pembaca di
semua kelas Fakultas Teknik Sipil khususnya.
Cirebon,
November 2012
|
LAPORAN BUKU
JUDUL BUKU : Perancangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi Untuk
Perkerasan Jalan Raya
PENGARANG : Hary Christady Hardiyatmo
PENERBIT :
(UGM) Gadjah Mada University Press
TAHUN TERBIT : Tahun 2010
CETAKAN :
Pertama
KOTA TERBIT : Yogyakarta
TEBAL BUKU : i-ix dan 70 + cover
RC.No : 1551/14/03/10
ISBN : 979-420717-9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................ i
DAFTAR ISI
........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian laporan buku
...................................................... 1
1.2 Tujuan
laporan buku ............................................................. 1
1.3 Alasan
pemilihan judul laporan ............................................ 1
1.4 Tujuan
pemilihan judul laporan ............................................ 2
1.5 Masalah
yang berkaitan dengan judul laporan ..................... 2
BAB II LAPORAN
PENDAHULUAN.............................................................. 4
APLIKASI........................................................................... 4
PERILAKU SISTEM CAKAR AYAM............................. 6
METODE PERANCANGAN............................................. 6
HITUNGAN PERANCAGAN........................................... 12
PENYELIDIKAN TANAH UNTUK
SISTEM
CAKAR AYAM.................................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Pengertian
Laporan Buku
Laporan
buku adalah sebuah laporan tentang sebuah buku yang berbentuk karya ilmiah.
Laporan buku adalah salah satu dari banyak jenis laporan yang ada. Pada
umumnya, laporan dibuat untuk melaporkan sebuah kegiatan atau penelitian
terhadap sesuatu dengan secara detail dan real
(nyata) pada suatu kondisi lingkungan yang sebenarnya.
1.2.
Tujuan
Laporan Buku
a.
Untuk menambah nilai mata kuliah Teknik
Penulisan dan Presentasi.
b.
Sebagai point plus bagi Mahasiswa yang merasa nilai UTSnya masih dibawah
standar.
c.
Sebagai bukti apresiasi Mahasiswa
terhadap matakuliah Teknik Penulisan dan Presentasi.
d.
Untuk melatih Mahasiswa dalam membuat
karya ilmiah.
1.3.
Alasan
Pemilihan Judul Laporan
Perkembangan
zaman yang semakin maju, meningkatkan kebutuhan manusia yang semakin banyak.
Baik kebutuhan sekunder, primer, maupun kebutuhan tersierpun mau tidak mau
harus terpenuhi. Kemajuan zaman yang semakin modern, membuat pola pikir
manusiapun semakin maju. Manusia dapat membangun jalan raya yang panjang,
jembatan yang kokoh, gedung-gedung yang tinggi, landasan pacu yang kuat dll.
Semua bangunan tersebut membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan lama untuk
dapat dibangun dengan benar.
Dari
alasan diatas kami memutuskan memilih buku SISTEM CAKAR AYAM MODIFIKASI
KARANGAN PROF. SEDIYATMO sebagai bahan laporan
buku yang akan kami buat .
1.4.
Tujuan
Pemilihan Judul Laporan
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
berbagai macam Cakar Ayam.
2.
Mengetahui teori cara pemasangan Cakar
Ayam sesuai dengan ukuran dan ketentuannya.
3.
Sebagai modal awal untuk pelaksanaan
pembangunan cakar ayam.
4.
Meningkatkan kreativitas dan cara kerja
Mahasiswa untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkian.
5.
Meningkatkan kemampuan (skill) Mahasiswa sesuai dengan
bidangnya yaitu Teknik Sipil.
1.5 Masalah
Yang Berkaitan Dengan Judul Laporan
Dalam
penentuan dan pemilihan judul laporan, kami menghadapi berberapa
masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan kami yang sangat kurang
sekali dalam bidang Teknik Sipil.
Adapun
masalah-masalah yang kami hadapi dalam dalam penentuan dan pemilihan judul
laporan antara lain :
1.
Kami banyak berdebat dalam menentukan
buku yang akan dijadikan laporan buku sehingga memakan waktu yang lama dalam
penentuannya.
2.
Kurangnya pengetahuan kami tentang
Teknik Sipil membuat kami harus banyak bertanya kepada Mahasiswa lain yang
lebih mengetahui tentang Teknik Sipil.
3.
Belum dapatnya teori pembuatan laporan
buku yang diberikan Dosen karena hilangnya materi yang telah diberikan Dosen
karena kesalahan teknis.
4.
Tidak adanya contoh laporan buku membuat
kami harus bekerja semampu kami dalam penyusunan laporan.
BAB II
LAPORAN
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Sistem
Cakar Ayam Prof. Sediyatmo (1961)
Fondasi sistem
Cakar Ayam ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sediyatmo pada tahun 1961. secara umum
perkerasan Cakar Ayam, terdiri dari pelat tipis beton bertulang tebal 10 – 17
cm yang diperkaku dengan pipa-pipa beton (cakar) berdiameter 120 cm, tebal 8
cm, dan panjang pipa 150 – 200 cm, yang tertanam pada lapisan subgrade, dengan
jarak pipa-pipa berkisar 2,0 – 2,50 m.
1.2 Sistem
Cakar Ayam Modifikasi (CAM)
Sistem Cakar Ayam
Modifikasi (CAM) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Cakar Ayam
Prof. Sediyatmo.
Sistem Cakar Ayam
yang baru ini, yang kemudian disebut Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM), dan
telah dipatenkan oleh :
Prof. Ir. Bambang
Suhendro, M.Sc, Ph.D
Dr. Ir. Hary
Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA.
Ir. Maryadi Darmokumoro
BAB
II APLIKASI
2.1
Umum
Sejak ditemukan
oleh Prof. Sedijatmo pada tahun 1961, Sistem Cakar Ayam telah banyak
diaplikasikan pada berbagai macam bangunan seperti :
1)
Fondasi
menara transmisi tegangan tinggi
2)
Fondasi
bangunan gedung bertingkat, power stadion,
kolam renang, gudang dan hanggar.
3)
Fondasi
jembatan
4)
Perkerasan
bandara (runway, taxi way, dan apron)
5)
Perkerasan
jalan tol
6)
Dan
lain-lain
2.2
Fondasi Bangunan Gedung dan Jembatan
Sistem Cakar Ayam
telah digunakan untuk fondasi-fondasi bangunan, seperti bangunan gedung, dan
jembatan. Fondasi Cakar Ayam dibangun seperti halnya sistem fondasi rakat (raft
Foundation) yang luasannya memenuhi atau bahkan lebih lebar dari lebar
bangunannya sendiri untuk memperkecil tekanan bangunan ke tanah fondasi.
2.3
Bangunan Menara Listrik dan Tangki Air
Sistem Cakar Ayam
telah digunakan untuk fondasi menara listrik atau menara air (Hadmodjo, 1994).
Dengan fondasi sistem Cakar Ayam yang dipasang memenuhi dasar kaki-kaki menara,
maka tekanan menara ke tanah fondasi menjadi sangat kecil, dan bila terjadi
beban-beban sementara seperti angin, tarikan kawat, gempa yang bebannya
bersifat sementara, maka gaya-gaya lateral yang terjadi akan dilawan oleh
interaksi pelat cakar tekanan tanah lateral di sekitar pipa-pipa, sehingga
bangunan menara tetap stabil.
2.4
Perkakas Jalan dan Bandara
Di Indonesia,
banyak daerah yang kondisi tanah dasar (subgrade) yang terletak pada tanah
lunak atau ekspansif. Perancangan jalan umumnya didasarkan pada asumsi bahwa
tanah dasar sudah stabil, sehingga tebal komponen struktur perkerasan hanya
didasarkan pada kapasitas dukung tanah dasar yang dinyatakan oleh nilai CBR dan
nodulus, reaksi subgrade vertikal.
Sistem Cakar Ayam
sangat cocok digunakan sebagai perkerasan kaku (rigid pavement) untuk jajan
raya dan bandara. Dibandingkan dengan perkerasan beton konvensional, sistem
Cakar Ayam lebih kuat dan tahan lama.
Bila perkerasan
jalan dari sistem Cakar Ayam diletakkan di atas timbunan yang mengalami
penurunan konsolidasi yang berlebihan, maka sistem perkerasan ini dapat
meminimalkan penurunan tidak seragam sehingga menjaga kerataan permukaan jalan
beton.
BAB
III PERILAKU SISTEM CAKAR AYAM
3.1
Dasar-dasar Pengertian
Suatu pelat beton
yang di “paku” (diangkeri) pada tanah dasar kekuatan dan keawetannya akan lebih
tinggi dalam mendukung beban berulang (misalnya beban kendaraan) dibandingkan
dengan pelat beton yang hanya diletakkan di atas tanah. Apabila bidang kontak
antara pelat dan tanah terjamin selalu rapat selama masa layan struktur, maka
pelat selain kuat juga awet, sehingga bila pelat tersebut digunakan untuk
perkerasan jalan, biaya pemeliharaan akan kecil. Hal ini, karena beban ke bawah
di atas pelat akan dilawan oleh kekuatan pelatnya sendiri bersama-sama dengan
reaksi vertikal tanah di bawahnya.
3.2
Penelitian-penelitian yang Telah Dilakukan
Penelitian-penelitian
Sistem Cakar Ayam telah dilakukan oleh Antono dan Daruslan (1981), yaitu dengan
melakukan uji beban di atas permukaan perkerasan Sistem Cakar Ayam di Bandara
Polonia Medan. Sistem Cakar Ayam dibebani hingga 80 ton dengan lendutkan yang
terjadi sekitar 5 mm.
3.3
Pengaruh Pembebanan
3.3.1
Beban Statis
Bila Sistem Cakar
Ayam digunakan untuk mendukung beban statis dan permanen yang relatif berat
(beban bangunan gedung) yang terletak pada tanah lempung lunak, fungsi cakar
dalam mereduksi lendutkan pelat menjadi tidak optimal. Karena bila cakar secara
permanen berotasi, maka akan menyebabkan tanah di sekitar cakar mengalami
konsolidasi, yang menyebabkan pelat melendut secara berangsur-angsur sesuai
dengan berjalannya waktu.
3.3.2
Beban Dinamis
Bila Sistem Cakar
Ayam dibebani dengan beban dinamis (beban angin, beban roda kendaraan) yang
relatif kecil, yaitu sekitar 100 – 200 kN, jendutan pelat yang terjadi masih
sangat kecil. Untuk beban tersebut, tekanan ke tanah di dasar pelat hanya
sekitar 2 – 5 kPa.
Untuk beban yang
besar (beban roda pesawat), peran perlawanan cakar terhadap lendutkan menjadi
nyata.
BAB
IV METODE PERANCANGAN
4.1
Metode Perancangan
Dalam perancangan
Sistem Cakar Ayam metode Prof. Sediyatmo, menganggap bahwa ketika pelat
melendut oleh akibat beban, akan di lawan oleh momen perlawanan cakar akibat
tekanan tanah pasif di sekitar cakar.
Hardiyatmo mengusulkan penggunaan koefisien subgrade horizontal (kh) dalam menentukan tekanan tanah
lateral yang bekerja di sekitar cakar.
4.1.1
Beban
Rancangan
Dalam aplikasi
untuk perkerasan jalan, pelat beton Sistem Cakar Ayam tidak dirancang
berdasarkan jumlah repetisi beban (seperti halnya perancangan jalan beton
konvensional), namun dirancang berdasarkan pada beban maksimum roda kendaraan
yang akan lewat. Jadi, prinsip perancangan sama dengan perancangan beton pada
struktur jembatan.
4.1.2
Metode
Bambang Suhendro (1992; 2006)
Metode perancangan
yang telah diusulkan oleh Bambang Suhendro (1992; 2006) ini merupakan hasil
analisis elemen hingga 3-D untuk kondisi tertentu (yaitu tebal pelat, jarak
pipa, diameter pipa, tinggi pipa, jenis material pipa, nilai kv dan
kh, dan intensitas beban titik Q yang bekerja).
4.1.3
Metode
Hary Christady Hardiyatmo (2000)
Metode yang
diusulkan Hary Christady Hardiyatmo (2000) dibuat dengan mengombinasikan
persamaan-persamaan balok pada fondasi elastis (Beam on Elastic Foundation, BoEF) (Heteny, 1974) dengan gaya-gaya
perlawanan momen pada cakar-cakar yang diakibatkan oleh reaksi tekanan tanah
lateral di sekitar cakar. Analisis hanya berlaku untuk pelat Sistem Cakar Ayam
dengan satu deret cakar dengan jarak yang sama.
Asumsi-asumsi yang
digunakan dalam menganalisis Sistem Cakar Ayam dengan menggunakan teori balok
pada fondasi elastis adalah :
1)
Tanah
sebagai media elastis
2)
Pelat
dianalisis sebagai balok
3)
Pelat
beton tidak mempunyai berat
4)
Tanah
yang terkurung dalam Sistem Cakar Ayam homogen
5)
Diagram
tekanan tanah di belakang cakar berbentuk segitiga (tekanan tanah lateral
berbanding langsung dengan perpindahan cakar)
6)
Hubungan
antara cakar dengan pelat monolit
7)
Momen
perlawanan cakar bekerja di pusat cakar yang terletak pada pelat
8)
Tekanan
tanah di bawah pipa cakar (tahanan ujung cakar) sama dengan tekanan di bawah
pelat
9)
Tahanan
ujung dan tahanan gesek dinding cakar diabaikan
10)
Reaksi
tekanan tanah vertikal bekerja di seluruh area pelat dan cakar
11)
Berlaku
azas superposisi
- Momen Perlawanan Cakar
Bila di atas pelat
bekerja beban titik (Q), maka lendutkan atau rotasi pelata yang terjadi akan menyebabkan cakar berotasi. Pada tanah
di bawah pelat juga akan terjadi reaksi tekanan tanah vertikal (qo).
Nilai qo bervariasi dari titik ke titik yang nilainya bergantung
pada besarnya lendutan.
- metode balok panjang tak terhingga (infinite length)
untuk balok
dengan pajang tak terhingga, hardiyatmo
menggabungkan metode balok pada fondasi elastis dari Hetenyi (1974) dengan
momen perlawanan cakar yang dinyatakan oleh Persamaan (4.2b). Hitung dengan metode balok dengan panjang tak
terhingga ini cocok digunakan untuk Sistem Cakar Ayam pada aplikasi perkerasan
untuk Bandara karena sifat struktur pelatnya meluas.
- Hitungan lendutan, rotasi, momen dan gaya lintang akibat beban Q
Karakteristik sistem dipengaruhi oleh :
E = modulus elastis balok/pelat (kN/m2)
I = momen inersia pelat (m4)
k = kv b (kN/m2)
b = lebar pelat (m)
kv = nodulus reaksi tanah-dasar vertikal (kN/m)
- Hitungan lendutan, memon dan gaya lintang pada pelat akibat pengaruh perlawanan momen cakra.
Hitungan
ledutan, momen dan gaya lintang pada pelat di setiap titik, akibat momen
perlawanan cakra ke-i (yaitu Mci) :
Lendutan pada pelat akibat perlawanan momen cakar ke-i:
ymci =
sin 
Momen pada pelat akibat perlawanan momen cakra ke-i:
Mmci = -
cos 
Gaya lintang pada pelat akibat perlawanan momen cakar ke-i:
DMci =
(cos
+ sin
)
- Hitung lendutan, momen dan gaya lintang total pada peta.
Pada tahap
akhir ini, dihitung lendutan, momen dan gaya lintang total yang terjadi pada
pelat, yaitu dengan menjumlahkan lendutan, momen dan gaya lintang oleh akibat
beban terpusat dan momen perlawanan cakar yang telah dihitung.
- Blok dengan panjang terbatas (finite Beam)
Dalam tinjauan
blok dengan pajang terbatas, akibat beban yang bekerja pada salah satu ujung
akan mempengaruhi gaya-gaya pada ujung lainnya. Pada balok dengan panjang
terbatas (finite length), persamaan-persamaan
selain harus memenuhi persamaan diferensial garis elastik, juga harus memenuhi
kondisi batas. Persamaan untuk
menentukan lendutan pada balok dengan panjang terbatas diturunkan dari
persamaan lendutan dengan panjang tak terhingga dengan mengkondisikan pelat
dengan panjang terbatas sepaerti pelat dengan kpanjang tak terhingga, yaitu
dengan memberikan gaya-gaya (QoA dan QOb) dan momen-momen
(MoA dan MoB) pada ujung pelat, agar pengarauh momen dan
gaya lintang pada ujung pelata dengan panjang terbatas, seperti pelat dengan
panjang tak terhingga. Ilustrasi pemberian gaya-gaya dan momen-momen pada ujung
balok yagn panjangnya tak terhingga guna menjadikan balok panjang terbatas
ditunjukkan dalam.
4.1.4
Metode
Hary Christady Hardiyatmo (2010)
Dari mengembangkan
hasil analissi Ferdiansyah (2009), Hary Christady Hardiyatmo (2010) mengusulkan
metode hitungan lendutan, momen dan gaya lintang, untuk Sistem Cakar Ayam
Modifikasi 7,5 m x 2,5 m, seperti ditunjukkan dalam untuk kasus Sistem CAM tanpa penutup tepi (kuperan), untuk khusus
dengan penutup tepi. Pelat penutup tepi yang disebut “kuperan”, adalah pelat
beton tebal sekitar 10-12 cm yang dipasang vertikal tinggi 40-50 cm di bagian
tepi pelat. Pelat ini berfungsi sebagai perkuatan di bagian tepi, karena bagian
ini merupakan bagian terlemah ketika dibebani.
Dalam perancangan
Sistem Cakar Ayam Modifikasi, diperlukan nilai-nilai lendutan, momen dan gaya
lintang maksimum pada beban tertentu.
4.2
Sistem Cakar Ayam Pada Tanah Ekspansif \
4.2.1
Tanah
ekspansif
Tanah ekspansif (expansive soil) adalah istilah yang
digunakan pada material tanah atau batuan yang mempunyai potensi penyusutan
atau pengembangan oleh pengaruh perubahan kadar air. Tanah-tanah lempung yang
banyak mengandung banyak mineral montmorillonite
mengalami perubahan volume yang signifikan, ketika kadar air berubah .
pengurungan kadar air menyebabkan lempung menyusut, dan sebaliknya bila kadar
air bertambah lempung mengembang.
4.2.2
Perancangan
Sistem Cakar Ayam Pada Tanah Ekspansif
Dalam aplikasi pada tanah dasar ekspansif, Sistem Cakar Ayam harus
dirancang kuat terhadap tekanan pengembangan yang bekerja di bagian bawah
pelat. Pengembangan tanah dasar yang bergantung pada gerakan kelembaban air
dari pinggiran menuju ke tengah, merupakan faktor yang komplek bila digambarkan
dalam diagram tekanan.
4.3
Masalah Pembangunan Jalan Di Indonesia
Di Indonesia,
banyak daerah yang kondisinya tanah-dasar (subgrade)
yang terletak pada tanah lunak atau ekspansif. Perancangan jalan umumnya di
dasarkan pada asumsi bahwa tanah dasar sudah stabil, sehingga tabel komponen
struktur perkerasan hanya didasarkan pada kapasitas dukung tanah dasar yang
dinyatakan oleh nilai CBR atau nodulus reaksi subgrade vertikal.
4.3.1
4.4
Tipe-Tipe Tanah Dasar
Dalam aplikasi
Sistem Cakar Ayam Modifikasi
Tipe I:
Perkerasan
berdasarkan pada tanah asli tanpa atau dengan tanah urug tebal 30-50 cm. Tanah
asli direkomendasikan mempunyai nodulus reaksi subgrade (kv)
20000 kN/m3
atau
2. Karena tanah
asli mempunyai CBR
2, maka umumnya
dibutuhkan material urug 30-50 cm sebagai landasan kerja. Tanah urug yang
digunakan adalah granuler (pasir atau sirtu)
Tipe II:
Perkerasan terletak
pada tanah timbunan dengan tinggi
50 cm yang
berada di atas tanah asli yang lunak. Oleh akibat beban timbunan, tanah fondasi
akan mengalami penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi total
90 cm dalam
periodae 15 tahun yang masih cocok untuk dibangun Sistem Cakar Ayam .
Tipe III:
Perkerasan terletak
pada tanah asli ekspansif yang mempunyai
potensi pengembangan maksimum (swelling
potential) 15%. Vila tekanan engembangan lebih dari milai tersebut, maka
perlu dilakukan penanganan untuk mengurungi tekanan pengambangan yang
mengganggu kinerja Sistem CAM.
Tipe IV:L
Perkerasan terletak
pada tanah galian dengan nodulus reaksi subgrade
minimum 20000m kN/m3 atau
CBR
2 %. Lereng
galian harus stabil terhadap kemungkinan adanya longsor.
Untuk semua tipe
Sistem CAM, disarankan digunakan pelat penutup tepi (kuperan) agar perkerasan
lebih tahan terhadap beban maupun perlemahan tanah-dasar di bagian tepi akibat pumping.
BAB V HITUNGAN PERANCAGAN
5.1
Lebarjalan
7.50 m
Pekerasan
jalan akan dibangun dengan Sistem Cakar
Ayam Modifikasia (CAM), dengan lebar jalan 7,5 m. Untuk lebar ini, maka Sisstem
CAM akan terdiri dari 3 pipa cakar yang berjarak s = 2,5 m, diameter d = 0,8 m,
panjang H = 1,2 m dan jarak s = 2,5 m, tabel pelat beton (K-350) 15 cm
a)
Tanpa
pelat penutup tepi
1.
Beban Q di tengah
2.
Beban
Q di tepi
b)
Dengan
pelat penutup tepi (kuperan)
2.
Beban
Q di tengah
3.
Beban
Q di tepi
BAB VI
PENYELIDIKAN TANAH UNTUK SISTEM
CAKAR AYAM
6.1
Macam-Macam
Pengujian
Dalam pembangunan
Sistem Cakar Ayam untuk perkerasan beton, maka diperlukan penyelidikan tanah
yang meliputi pekerjaan penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium.
Data tanah yang
diperlukan untuk perancangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi adalah nilai nodulus
reaksi subgrade vertikal (kv)
dan horizontal (kh), di mana nilai-nlainya ditentukan dari uji beban
pelat (pelat load test atau plate bearing
tets) pada tanah-dasar.
Macam-macam
penyelidikan tanah di lapangan perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan,
secara umum terdidi dari :
1)
Pengeboran
dengan pengambilan contoh tanah dan N-SPT
2)
Uji
kerucut statis (cone penetration test,
CPT)
3)
Uji
beban pelat (plate load test)
4)
Uji
CBR lapangan
5)
Uji
DCP (Dynamic Cone Penetromenter)
6)
Uji
geser kopas (vane shear rest).
Uji laboratorium meliputi :
1)
Uji
kadar air, berat jenis, batas-batas Atterberg (batas cair, batas plastis, batas
susut dan uji saringan/hidrometer.
2)
Uji
pemadatan
3)
Uji
CBR laboratorium (California Bearing
Ration)
4)
Uji
kuat geser tanah (triaksial, geser langung, tekanan bebas)
5)
Uji
konsolidasi
6)
Uji
pengembangan
6.2
Cara
pelaksanaan penyelidikan tanah
Bila pembangunan Sistem Cakar Ayam dilakukan pada timbunan di atas
tanah lunak atau mudah mampat, maka uji kerucut statis/sondir dan bor tangan/mesin
yang diikuti dengan pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sampel) harus dilakukan. Contoh tanah asli di bawa ke
laboratorium untuk diuji karakteristiknya guna analisis kapasitas dukung dan
penurunan, terutama kpenurunan konsolidasi. Bila tanah sangat lunak, sehingga
tanah sulit diambil tanpa mengalami gangguan, maka untuk uji kuat geser dapat
dilakukan uji geser keplas di lapangan
6.3
Modulus
Reaksi Subgrade (k)
Menurut Westergaard
teaksi tanah-dasar dan defleksi adalah sebanding. Karena itu, kurya hubungan
beban terhadap penurunan plad uji beban pelat akan berupa garis dan kemiringan
garis ini menyatakan nilai nodulus tanah-dasar (Nodulus Of Subgrade Rection, K)
K=
Dengan
p = beban persatuan luas pada pelat (psi atau kN/m2)
6.4
Penentuan
Modulus Reaksi Subgrade
Penentuan modulus
reaksi tanah-dasar dilakukaan untuk tanah-dasar
yang mewakili di lapangan pada kadar air tanah alaminya. AASHTO T-222
menyarankan penentuan kv didasarkan pada tekanan pada pelat 10 psi
(69 kPa).
6.5
Uji
Beban Pelat
uji beban pelat (Plata Poad Test atau Plate Bearinga Test) dilakukan untuk
menentukan kapasitas dukukkkng tnah-dasar (subgrade)
perkerasan, base atau kadang-kadang keseluruhan
struktur perkerasan. Pengujian ini digunakan terutama untuk perancangan
perkerasan kaku (perkerasan beton semen Portland). Uji beban pelat (plate load test) tercantum dalam ASTM
D-1195 dan AASHTO T-222.
a.
Koreksi
Dimensi Pelat
Pengujian yang lebih
cepat, namun kurang akurat, dapat dilakukan dengan menggunakan pelat yang
berdiameter 45 cm (18”) atau 30cm (15”). Untuk diameter yang lebih kecil ini
dapat digunakan 2 buah arloji pengukuran. Untuk pelat-pelat yang lebih kecil
ini, nilai modulus reaksi tanah-dasar yang diperoleh harus dikoreksi terhadap k
dari pelat yang berdiameter 76 cm.
b.
Koreksi
kemungkinan terburuk pada tanah-dasr
Kadar air
tanah-dasar saat dilakukan uji beban pelat mungkin bertambah setelah perkerasan
dibangun. Jika kadar air bertambah, kekuatan tanah berkurang. Oleh karena itu,
ketika melakukan uji beban pealat, agar lebih aman, tanah dijenuhkan lebih dulu
saat akan diuji. Untu mengantisipasi kondisi terburuk akibat penambahan kadar
air ini, k yang diperoleh dari uji beban pelat harus dikoreksi terhadap
pengaruh penjenuhan tanah.
6.6
Uji CBR (California
Bearing Ratio)
Uji CBR dilakukan
untuk mengukur tahan penetrasi tanah dan membandingkannya dengan nilai standar
yang diperoleh dari pengujian CBR pada batu pecah. Bergantung pada
keperluannya, uji CBR dilakukan baik di laboratorium maupundi lapangn.
a.)
Alat
Dan Benda Uji
Pengujian dilakukan
dengan menekan piston yang panjangnya tidak lebih dari 102 mm (4”), berdiameter
49,6 mm (1,95”) luas tampang di ujung 1935,5 mm2 (3 in2)
ke dalam tanah dipadatkan di dalam silinder berdiameter 15 cm (6”), tinggi 20
cm (8”) dengan kecepatan penetrasi 0,05 in/menit. Selama pembebanan, tanah di
dalam silinder CBR dibebani dengan beban
yang ekuivalen dengan tekanan perkerasan ke tanah. Bila tidak ada berat
perkerasan yang dispesifikasikan, maka digunakan beban 10 lb (4,54 kg).
b.)
Kurva
Beban Dan Penurunan
Pembacaan beban dan
penetrasi piston digambarkan dalam suatu grafik yang melewati titik-titik
pembacaan tersebut. Bentuk kurva pada umumnya lurus dan pada penetrasi yang
lebih dalam kurva cenderung melengkung ke bawah.
6.6.1
penentuan CBR
Pada Kepadatan Dan Kadar Air Tertentu
nilai CBR tanah
bergantung pada kepadatan (berat volume kering), kadar air sebelum dan sesudah
direndam. Karena hasil uji pemadatan di
laboratorium harus mewakili hasil pemadatan di lapangan, maka dua variabel
tersebut harus dikontrol dengan teliti selama persiapan benda uji CBR. Jika
kondisi kadar air tanah di lapangan pada suatau saat akan jenuh, maka benda uji
CBR harus diuji dalam kondisi terendam. Namun, bila kadar air tanah di lapangan
diperkirakan tidak akan pernah mencapai
kondisi jenuhnya, maka pengujian dilakukan dalam kondisi tidak terendam.
6.6.2
Uji
CBR Terendam (Soaked CBR)
Untuk mengetahui
kekuatan material pada saat kehilangan kekuatannya oleh akibat pembasahan,
benda uji CBR sebelumnya harus direndam dulu selama 4 hari. Pada tanah-dasar (subgrade) tanah kohesif, pada saat
perendaman juga diukur pengembangannya . dalam beberapa hal, waktu perendaman
boleh lebih pendek, contohnya bila pengujian CBR dilakukan pada tanah yang
sangat lolos air (misalnya pasir).
6.6.3
Uji
CBR Laboratorium
a.)
persiapan
benda uji.
Sebelum dilakuaan uji CBR, maka pengujian tanah yang
perlu dilakukan uji pemadatan standar,
uji kadar air, berat jenis, batas-batas
Atterberg dan analisis saringan/hidrometer.
b.)
Benda
uji asli (undisturbed)
Jika dibutuhkan CBR dari tanah asli yang telah ada di
lapangn, maka harus dilakukan pengambilan contoh tak terganggu. Caranya, yaitu
dengan menambahkan pada ujung silinder mould
CBR dengan alat pemotong yang lahan. Proses ini dibantu dengan cara menggali tnah
di bagian lurus mould ketika mould
ditekan.
c.)
Benda
uji dicetakan kembali (remonulded)
Benda uji harus dicetak kembali bila dibutuhkan nilai CBR
tanah yang kadar air dan kepadatannya berbeda dengan kondisi di lapangan, atau
kondisi di mana contoh tanah yang diambil tidak bisa dalam keadaan tidak
terganggu ( untuk tanah-tanah granuler). Kepadatan atau berat volume kerung
dari tanah yang dicetak harus sama dengan dilapangn, atau jika tanah-dasar
harus dipadatkan pada nilai tertentu, maka kepadatan tanah yang diuji harus
diestrimasi dari hasil uji pemadatan standar.
6.6.4
Uji
CBR Lapangan
Prosedur CBR
lapangan tercantum dalam SNI 03-1731-1989. Uji CBR lapangan pada prinsipnya
sama dengan uji CBR di laboratorium, hanya contoh tanah diuji langsung di
lapangan pada kadar air di tempat. Perlu diperhatikan saat uji CBR di lapangan,
alat uji harus benar-benar vertikal dan
arloji pengukuran penetrasi pison harus diikat pada balok referensi yang
diangker di dua tempat di laut area yang dipengaruhi beban peston.
6.6.5
Kesalahan-kesalahan
dalam uji CBR
Potensi kesalahan pada uji CBR di laboratorium dan
lapangan adalah:
1.
adanya
material dengan butiran besar di dalam tanah.
2.
pengujian
dilakukan dengan kecepatan pembebanan
yang salah .
3.
salah
pemilihan besarnya beban di sekitar piston.
4.
ukuran
piston salah.
5.
cara
koreksi kurva yang salah.
6.
gangguan
permukaan benda uji setelah direndam saat pembersiahan air bebas
7.
kesalahan
kalibrasi alat proving ring
8.
perbedaan
ukuran standar benda uji yang di padat
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem Cakar Ayam adalah pokok utama
yang paling penting dalam pembangunan
gedung bertingkat, jembatan, landasan pesawat juga dalam melakukan
perkerasan jalan raya. Cakar Ayam merupakan bagian bangunan yang paling berpengaruh
terhadap kekokohan suatu bangunan baik kekuatannya, ketahanannya, maupun
umurnya. Banyak sekali jenis-jenis cakar ayam yang ada di Indonesia, yang telah
ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli bangnan. Salah satunya adalah Fondasi
Sistem Cakar Ayam Prof. Dr. Ir. Sediyatmo pada tahun 1961.
Fondasi Cakar Ayam Prof. Sdiyatmo
merupakan perkerasan Cakar Ayam yang terdiri dari pelat tipis beton bertulang
dipekaku dengan pipa yang tertanam pada lapisan subgrade, dengan pipa-pipa beton sebagai perkerasan sementara
sebelum dipasang pelat beton Cakar Ayam diatasnya. Dari Cakar Ayam penemuan
Prof. Sediyatmo itu kemudian banyak muncul modfikasi-modifikasi Cakar Ayam yang
dilakukan oleh para ahli bangunan lain maupun oleh Prof. Sediyatmo sendiri yang
disebut Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM). Modifikasi terus berkembang dengan
metode-metode yang berbeda-beda hingga banyak sekali jenis-jenis Cakar Ayam
yang telah ditemukan.
Penemuan Prof. Dr. Ir. Sediatmo
sangat bermanfaat bagi semua orang, bagi pembangunan di Indonesia dan dalam
kemajuan ilmu pengetahuan Teknik Sipil. Khususnya bagi kami yang sedang belajar
tentang Teknik Sipil. Dalam dunia Teknik Sipil Prof. Sediyatmo sangat berjasa
dalam pengembangan ilmu bangunan dan konstruksi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar